Dia adalah “Ibuku”
Malam
itu sangat gelap, rembulan dan bintang-bintang tak mau menengok kami.
Mungkinkah mereka tak mau berteman dengan kami? Keluarga kecil yang Broken. Entahlah! Emang aku pikirin?
Yang penting kami bahagia.
Waktu
itu, dia tawarkan aku sebungkus mie instan. Aku tak mau, aku menolak. Tapi
jangan salah, dia tawarkan lagi sepotong kol, beberapa mie tambahan, dan air
yang berlimpah. Aku tak sanggup menolak kebaikan orang itu. Aku bergegas datang
dan membeli bahan yang di butuhkan lagi. Aku keluar rumah dan membeli saos
murah. Dia yang terhormat, memasak bersama perempuan kecil yang sedikit tua
dariku. Aku lari dari warung menuju rumah sederhana. Sesampai di istana kecilku
ternyata makanan sudah siap saji. Dengan bahan-bahan yang jumlahnya tak
seberapa lalu dicampur dengan sayuran sisa memasak tadi sore, kini hasilnya
menjadi mewah, dan berlimpah. Sepanci mie instan oplosan dengan saos murah dan
tambahan kecap, rasanya sangat nikmat. Seakan makan spagethi yang ada di kota-kota. Tak kalah menariknya, kami saling
berbagi, saling bercerita, saling melempar kebahagiaan. Kami memang keluarga
kecil yang tak punya apa-apa, tapi kami bahagia dengan ini.
Dia
yang selalu ada untuk kami, dia yang selalu memperhatikan kami de sela-sela kesibukannya.
Dia yang tak pernah mngeluh meski penuh lara. Dia yang selalu tersenyum dengan
cintanya. Dan dia yang selalu menasehati kami dengan kasih sayangnya. Dia
adalah IBU. Dia adalah ibuku, seseorang
yang sangat aku hargai dan banggakan. Dia rela menghantamkan kepalanya ke
karang demi keselamata kami. Dia rela menelan ludah orang-orang jahat demi
membuat kami tersenyum. Dan dia juga rela menggendong batu di punggungnya
dengan sejuta luka demi melihat kami masak. Trimakasih Ibu. Kau adalah
segalanya bagi kami. Aku, kakak, dan adik sangat-sangat mencintaimu. We LoveYou
Mom...
Maafkan
aku mamah, karena aku sering membantahmu. Maafkan Aku karena Aku pernah
membuang muka di depanmu. Maafkan aku karena aku pernah melempar uang yang
telah kau berikan kepadaku. Maafkan aku mamah, maafkan aku karena aku sering
membentakmu dengan kasar hingga batinmu tersayat. Mamah, aku mohon maafkanlah
aku. Aku mencintaimu.
Ia
selalu memberikan maaf kepada setiap anak-anaknya. Dia adalah surgaku, dia
adalah malaikatku. Dia adalah IBUKU.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar